Syngman Rhee presiden Korsel yang pertama sedang berpidato di hadapan petinggi militer AS di Korsel pada bulan Oktober 1945. Jenderal AS berkaca mata adalah Letjen John Hodge. Para petinggi tersebut sedang membahas masa depan Korea
Mau tidak mau, suka tidak suka, krisis di Semenanjung Korea belakangan ini tidaklah terlepas dari apa yang pernah terjadi sebelumnya, yang berpuncak pada berkobarnya Perang Korea (1950-53). Perang yang sia-sia karena pada akhirnya semua pihak tidak ada yang menang atau pun kalah. Lebih hebat nya lagi, perang itu pun hingga kini resminya belum berakhir, karena hanya gencatan senjata (cease fire) sajalah yang menghentikan perang tersetut, dan bukannya perjanjian damai antara kedua pihak Sehingga apabila suasana prmusuhan masih kental seperti sekarang, hal ini tidaldah mengherankan. Namun konsekuensinya jauh lebih menakutkan apabila perang baru sampai pecah
Bagi kedua pihak, perang yang baru akan menjadi moment of truth bagi mereka. Keduanya kali ini akan berusaha saling menghabisi, seolah-olah tidak ada kesempatan lagi pada lain waktu. It’s now or never, begitulah kira-kira semboyan mereka. Kalau perlu dan ketika nalar sehat sudah hilang, maka kemungkinan dipakainya senjata nuklir pun terbuka mengingat Korea Utara telah memilikiya, sementara AS pun pasti mendukung sepenuhnya Korea Selatan. Read the rest of this entry »
You must be logged in to post a comment.